Penerapan 4G di Indonesia, Tantangan dan Solusinya


Pendapat saya dari artikel berjudul “ Mengintip Perkembangan 4G LTE dan Permasalah Internet Lemot di Indonesia “ yang ditulis oleh Audi Eka Prasetyo di Techinasia.com saya setuju dengan yang ditulis olehnya di dalam artikel tersebut.
Banyak orang sekarang lebih memilih layanan internet mobile dibandingkan layanan internet kabel. Tidak hanya karena layanan internet kabel terbatas dari sisi tempat maupun jarak, namun juga layanan internet mobile jauh lebih praktis dan simple karena menggunakan paket data, sehingga bisa digunakan dimana saja dan dibawa kemana saja.
Hal-hal yang mempengaruhi dalam penggunaan data tidak hanya mengenai kecepatan akses data, namun juga pada ketersediaan dan kestabilan sinyal. Sinyal yang stabil namun kecepatan akses yang data rendah / lambat itu sama saja menghabiskan waktu. Misalkan sedang membuka situs webtoon dan ingin membaca komik, namun akses data lama membuat gambar tidak segera muncul-muncul, bahkan terkadang saking lamanya sudah mengantuk duluan sebelum sempat semua gambar terbuka. Atau kecepatan akses data cepat namun tidak stabil, itu sama saja menyebalkannya. Disaat main game online yang seru, namun mendadak hang karena tidak stabil, itu lebih menyebalkan apa lagi disaat sudah hampir memenangkan gamenya.
Di Indonesia sudah mulai bermunculan beberapa penyedia layanan 4G LTE yang diperkirakan dapat menyelesaikan masalah Internet lemot di Indonesia. Contohnya Bolt yang muncul di awal tahun 2014 lalu, lalu XL Axiata pada Desember 2014, kemudian Telkomsel pada bulan Desember 2014, dan Indosat yang juga pada bulan Desember 2014, dan juga terakhir ada Smartfren di bulan Agustus 2015 yang lalu.
4G LTE memang lebih cepat dalam akses datanya dibandingkan 3G, di Jakarta dalam mengunduh data bisa sampai 10Mbps. Meskipun begitu, 4G LTE juga mempunyai kelemahan. Kelemahan yang terdapat pada 4G yaitu kestabilan jaringan yang masih hampir sama dengan 3G. Kestabilan pada 4G belum terlalu meningkat dibandingkan dengan 3G. Apa lagi saat digunakan dalam perjalanan. Maka kestabilan pada 4G akan menurun.
Untuk hal cakupan 4G LTE di Indonesia saat ini sudah diusahakan untuk merata walau sekarang masih hanya terbatas pada kota-kota besar saja. Untuk Smartfren sudah mulai mencakup cukup banyak tempat di wilayah Indonesia. Seperti di seluruh pulau Jawa, dan beberapa kota besar di pulau Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, dan Bali. Untuk XL Axiata, Telkomsel, dan Indosat masih dalam usaha untuk terus mengembangkan cakupan jaringan untuk arah kedalam dan keluar pulau Jawa secara bertahap. Namun untuk Bolt, masih hanya sekitar Jabodetabek dan Medan, dan belum mulai meluaskan jaringan ke wilayah lain.
Untuk perangkat yang dapat digunakan untuk 4G LTE memang cukup mahal, oleh karena itu masih belum banyak masyarakat yang memilikinya. Namun sekarang sudah mulai ada perangkat yang mendukung 4G LTE yang sedikit lebih murah menurut saya, hasil dari wireless router dari Smartfren dan Bolt. iPhone 5S juga sudah mendukung layanan 4G.
Untuk tantangan dalam penerapan jaringan 4G di Indonesia saya mengambilnya dari artikel yang berjudul “ Berbagai Tantangan Penerapan LTE di Indonesia ” yang ditulis oleh Andina Librianty di techno.okezone.com. Tantangan penerapan 4G LTE di Indonesia memiliki banyak tantangan yang akan dihadapi, contohnya kebutuhan bandwith operator, biaya migrasi , harga akses data, dan keamanan.
Dalam segi penerapannya adalah bagaimana penerapan biayanya, lalu keamanan internet yang harus diperhatikan. Selain dari segi infrastruktur juga dari keamanan dan pembangunan. Selain dari layanannya sendiri, perangkat dan pengguna juga masih menjadi tantangan.
Menurut saya jaringan yang belum merata merupakan suatu tantangan utama dalam penerapan jaringan 4G LTE. Lalu perangkat-perangkat yang mendukung layanan jaringan 4G LTE, dan juga dari sisi pengguna.
Cakupan yang belum merata sudah membuat berkurangnya kemungkinan 4G merakyat di Indonesia. Yang bisa menggunakan 4G LTE barulah kota-kota besar saja belum merata ke seluruh Indonesia. Hal ini membuat masyarakat yang tidak berada dikota besar akan tetap memilih 3G dibandingkan 4G karena layanan 3G lah yang bisa mereka gunakan di kota mereka.
Dari segi perangkat, belum banyak perangkat yang mendukung 4G LTE. Belum semua tersedia dan mendukung layaan 4G. Tidak banyak. Dan juga mahal. Tidak semua orang dapat membeli perangkat yang mendukung layanan 4G LTE dengan mudahnya. Kebanyakan dari mereka lebih memilih untuk menggunakan yang seadanya yang bisa digunakan sesuai dengan kebutuhan sesuai yang diperlukan, namun masih terjangkau harganya. Dalam hal ini saya termasuk salah satunya.
Lalu dari segi pengguna, sekarang yang menggunakan 4G LTE masih terbatas, kebanyakan masyarakat masih menggunakan layanan 3G. Namun lebih banyak lagi yang masih menggunakan layanan 2G. Hal ini dikarenakan cakupan layanannya. Kembali lagi ke cakupan layanan, di Indonesia yang cakupannya paling luas, yang menjangkau sampai ke pelosok-pelosok baru 2G, mungkin sebagian 3G. Hal ini membuat pengguna jaringan 2G masih banyak. Walau sekarang sebagian sudah mulai berganti dari layanan 2G ke layanan 3G. Namun begitu juga untuk 4G, masih banyak masyarakat yang menggunakan 3G dibandingkan 4G karena luas cakupan 4G yang belum menyeluruh di Indonesia dan harga perangkat menyediakan dan mendukung untuk layanan 4G yang juga lumayan mahal.
Untuk solusi mungkin benar hal-hal yang ditulis oleh Taufik Rachman pada  trendtek.republika.co.id di artikelnya yang berjudul “ Empat Tantangan Penerapan LTE di Indonesia ”. Di artikel tersebut dia menulis ada empat tantangan penerapan LTE di Indonesia. Yaitu :
1.      Penentuan model berkelanjutan untuk pengembangan teknologi pita besar (broadband) di Indonesia.
2.      Mencari cara paling ideal untuk menciptakan harmonisasi spektrum yang ada demi lancarnya penerapan LTE di Indonesia.
3.      Cara mendorong agar pelaku industri lokal juga turut mendapat keuntungan dengan berkembangnya LTE.
4.      Bagaimana mendorong agar industri manufakture lokal bisa berkemampuan dan berkemauan untuk memproduksi perangkat 4G/CPE berbiaya rendah.

Di artikelnya Taufik Rachman juga menuliskan kemungkinan solusi yang bisa diambil, yaitu “ Sebab dengan biaya rendah, harga murah, daya jangkau konsumen meningkat. Nah opsi yang bisa diambil misalnya pemberian insentif kepada industri manufkatur lokal yang produksi Perangkat 4G murah ” ucap Taufik Rahman.
Saya sangat setuju dengan pendapatnya. Dengan biaya yang rendah, dan harga yang murah, serta daya jangkau layanan yang luas akan meningkatkan penggunaan layanan 4G di Indonesia. Masyarakat tentu akan mulai berganti dari layanan 3G ke 4G jika hal diatas dilakukan. Serta untuk hal memberi insentif pada industri manufakture lokal agar perangkat 4G  lebih murah itu juga benar. Jika bisa membuat pendukung layanan 4G sendiri di Indonesia maka biaya yang digunakan kemungkinan akan jauh lebih murah, sehngga akan lebih banyak masyarakat yang beralih meggunakan 4G.



Daftar Pustaka



Share:

0 komentar