Jaringan 4G dan Kendalanya
Teknologi
Jaringan 4G adalah standar teknologi wireless yang dikeluarkan oleh IEE
(Institut of Electrical and Electronics Engineering)[1]
. Teknologi yang saat ini memenuhi standar teknologi 4G adalah teknologi WiMAX
dan LTE. Di Indonesia yang baru memenuhi standar 4G adalah WiMAX dan LTE.
Banyak
yang mengatakan teknologi jaringan 4G adalah hasil penyempurnaan dari teknologi
sebelumnya. Yaitu teknologi jaringan 3G. Sistem teknologi jaringan 4G dapat memberikan
kapasitas data yang lebih besar daripada 3G sehingga teknologi jaringan 4G
dapat memberi layanan IP yang komprehensif yaitu dimana data, suara, dan data
multimedia dapat dikirim dan diterima simana saja dan kapan saja asakan
terhubung dengan jaringan dengan rata-rata data lebih tinggi dari generasi
sebelumnya.
Tetapi
ada juga yang memiliki pendapat berbeda karena menurut mereka teknologi
jaringan 4G adalah teknologi yang sistemnya berbasis IP yang terintegrasi
secara penuh.
Teknologi
jaringan 4G adalah pengembangan dari teknologi jaringan 3G. Sebelum 4G,
High-Speed Downlink Packet Access (HSDPA) yang terkadang disebut sebagai
teknologi jaringan 3,5G telah dikembangkan oleh WCDMA sama seperti EV-DO yang mengembangkan
CDMA2000. HSDPA adalah sebuah protokol telepon genggam yang memberikan jalur
evolusi untuk jaringan Universal Mobile Telecommunications System (UMTS) yang
akan dapat memberikan kapasitas data yang lebih besar (sampai 14,4 Mbit/detik
arah turun)[2].
Teknologi-teknologi pada generasi
4G[2]
·
Long
Term Evolution (LTE)
LTE dibangun dengan tujuan untuk peningkatan
efisiensi, penigkatan layanan, pemanfaatan spectrum lain dan integrasi yang
lebih baik. Hasil LTE ini adalah berupa evolusi release 8 dari UMTS standard
termasuk modifikasi dari sistem UMTS. LTE ini menjadi evolusi lanjutan dari 3G
dan akan dikenal sebagai 4G yang nanti akan jauh lebih efisien dan simpel. LTE
mampu melakukan Download dan Upload dari telelpon selular dengan kecepatan
ratusan Mbps. LTE dipersiapkan untuk format jaringan selular masa depan.
Kekuatannya jauh melebihi yang sudah ada baik 3G HSDPA maupun HSUPA karena
mampu mengalirkan data hingga 100Mbps untuk Downlink dan 50 Mbps untuk Uplink
sehingga dapat mendukung jaringan yang berbasis IP.
·
Ultra
Mobile Broadband (UMB)
UMB adalah nama lain untuk CDMA 2000 1x EV-DO revisi
C yang dapat mendukung kecepatan data hingga 280Mbps pada kondisi puncak
sehingga dapat dikategorikan kedalam generasi 4G. UMB didesain untuk dapat
melayani layanan IP Based Voice (VOIP), Multimedia, Broadband, Entertainmnent
dan jasa elektronik komersial juga mendukung penuh jaringan jasa wireless pada lingkungan
mobile.
UMB mengkombinasikan aspek-asppek terbaik dari CDMA,
TMD, LS-OFDM, dan OFDMA kedalam suatu Inteface tunggal menggunakan mekasnisme
signaling dan Control optimasi yang lebih tinggi dan maju.
·
Mobile
WiMax II (IEEE 802.16m)
Mobile WiMax disebut juga WiMax revisi E, yang
standardnya dibuat oleh IEEE, menggunakan teknologi OFDM dan teknologi antenna.
Mobile WiMax ini nantinya akan menjadi semacam personal broadband atau DSL on
the move. Untuk teknologi ini, layanan yang dapat dinikmati adalah Broadband
mobile data yang juga non-mobile operator. Beberapa content yang akan
meramaikan WiMax kedepannya adalah VoIP, Game, Audio/Video Live.
Mobile
WiMax akan mengarah ke layanan dimana pengguna tidak lagi bergantung pada
jaringan akses dimana ia berada. Mobile WiMax menawarkan latency rendah,
advanced security, QoS, dan appropriate spectrum harmonization serta worldwide
roaming capability. Mobile WiMax dioptimalkan untuk Dynamic Mobile Radio
Channel, menyediakan support untuk hand of dan roaming.
Untuk tren yang dapat mempengaruhi komunikasi mobile
adalah[1]:
1. Akses
aplikasi internet
2. Aplikasi
web 2.0
3. Layanan
streaming seperti video dan tv
4. Aplikasi
game online dan game waktu nyata
5. Perangkat
mobile office
Kelebihan
teknologi LTE 4G adalah teknologi LTE menggunakan standar komunikasi akses data
nirkabel tingkat tinggi yang berbasis pada jaringan GSM/EDGE dan UMTS/HSPA.
Jaringan antarmuka-nya tidak cocok dengan jaringan 2G dan 3G, sehingga harus
dioperasikan melalui spektrum nirkabel yang terpisah. LTE 4G juga diyakini
mampu meningkatkan utililisasi teknologi yang telah ada sehingga dapat menekan
biaya yang dibutuhkan untuk penerapannya[2].
Perubahan siginifikan dibandingkan standar
sebelumnya meliputi 3 hal utama, yaitu :
-
air interface,
-
jaringan radio,
-
jaringan core.
Di
masa yang akan datang, pengguna dijanjikan akan dapat melakukan download dan
upload video high definition dan konten-konten media lainnya, mengakses e-mail
dengan attachment besar serta bergabung dalam video conference dimanapun dan kapanpun.
LTE
juga secara dramatis menambah kemampuan jaringan untuk mengoperasikan fitur
Multimedia Broadcast Multicast Service (MBMS), bagian dari 3GPP Release 6,
dimana kemampuan yang ditawarkan dapat sebanding dengan DVB-H dan WiMAX . LTE dapat
beroperasi pada salah satu pita spektrum seluler yang telah dialokasikan yang
termasuk dalam standar IMT-2000 (450, 850, 900, 1800, 1900, 2100 MHz) maupun
pada pita spektrum yang baru seperti 700 MHz dan 2,5 GHz.
Beberapa
kelebihannya lainnya dari LTE 4G yaitu [2]
:
1. Tingkat
download sampai dengan 299.6 Mbis/s dan tingkat upload gingga 75.5 Mbis/s
tergantung pada katrgori perangkat yang digunakan.
2. Peningkatan
dukungan untuk mobilitas, sebagai contoh dukungan untuk terminal bergerak
hingga 350km/jam atau 500 km/jam tergantung pita frekuensi.
3. Dukungan
untuk semua gelombang frekuensi yang saat ini digunakan oleh sistem IMT dan
ITU-R.
4. Di
daerah kota dan perkotaan, frekuensi band yang lebih tinggi (seperti 2.6 GHz di
Uni Eropa) digunakan untuk mendukung kecepatan tinggi mobile broadband.
5. Dukungan
untuk MBSFN (Multicast Broadcast Single Frequency Network). Fitur ini dapat
memberikan layanan seperti Mobile TV menggunakan infrastruktur LTE, dan
merupakan pesaing untuk layanan DVB-H berbasis siaran TV.
Kendala Teknologi Jaringan 4G di
Indonesia[1]
Yang
menjadi kendala dalam teknologi jaringan 4G di Indonesia sendiri adalah dari
segi regulasi ketersediaan frekuensinya karena sumber daya yang terbatas disini
adalah frekuensi oleh karena itu pemanfaatannya harus semaksimal mungkin untuk
kesejahteraan masyarakatnya. Untuk regulasi dalam aspek hardware teknologi
jaringan 4G adalah LTE. Teknologi jaringan 4G di Indonesia seperti yang di ketahui
bahwa LTE merupakan standar salah satunya, tetapi LTE untuk teknologi jaringan
4G bukan standar yang sebenarnya setelah di uji coba oleh beberapa operator
yang berada di Indonesia. Uji coba untuk LTE di Indonesia yaitu LTE release-8,
dimana ini hanya menjadi standar untuk teknologi 3GPP (Third Generation Partneurship
Project).
Jadi
teknologi jaringan 4G belum bisa digunakan dengan sempurna di Indonesia itu
disebabkan oleh adanya kendala di regulasi dan kendala tersebut di Indonesia
sendiri belum mengaturnya terutama dalam hal ketersediaan frekuensi, padahal hal
tersebut sangat penting dalam menjalankan teknologi jaringan 4G. Dari
penjabaran tersebut maka yang sangat menjadi faktor utama dan sangat
berpengaruh pada sistem layanan LTE 4G di Indonesia yaitu dari segi regulasi di
Indonesia yang belum diatur dengan baik. Regulasi yang paling utama disini
yaitu frekuensi, karena seperti yang telah dikatakan oleh salah satu pakar di
bidang telekomunikasi dan jaringan multimedia yang bernama Joko Suryana dalam
media cetak menyebutkan bahwa pita frekuensi yang biasa digunakan LTE di dunia
yaitu 700/800 MHz, 1800 MHz, 2100 MHz dan 2600 MHz. Permasalahan di Negara
Indonesia sendiri adalah dari frekuensi-frekuensi yang telah disebutkan oleh
Joko Suryana selaku pakar telekomunikasi dan jaringan multimedia bahwa
frekuensi tersebut sudah digunakan oleh para operator selular maupun para
penyiaran sehingga untuk saat ini tidak ada alokasi frekuensi yang kosong untuk
sistem LTE tersebut. Kemudian menurut Herfini Haryono, Direktur perencanaan dan
pengembangan Telkomsel pada saat itu masih dalam suatu artikel media cetak
menegaskan tinggal menunggu regulasi saja, jika sudah mendapat izin maka akan bisa
segera diimplementasikan. Untuk mendukung broadband termasuk implementasi LTE
di Indonesia, Telkomsel menambah investasi yang sebesar 50 persen capek
(capital expenditure) dialokasikan untuk jaringan 3G.
[1] N. Made,
E. Pratiwi, I. Ayu, L. Dewi, and N. D. Wirastuti, “Implementasi Teknologi 4G
LTE di Indonesia,” no. November, pp. 14–15, 2013.
[2] A. Penerapan, T. Jaringan,
L. T. E. Di, F. Fauzi, G. S. Harly, and H. Hs, “Vol.10, No. 2,” vol. 10, no. 2,
pp. 281–290.
0 komentar