5G ADALAH ... ?


Fifth Generation atau generasi kelima yang biasa di singkat ini 5G adalah generasi lanjutan untuk sistem telekomunikasi seluler yang merupakan pengembangan atau revolusi dari sistem telekomunikasi sebelumnya, yaitu 4G. Dalam teknologi 5G standar-standar yang akan digunakan nantinya akan mengubah beberapa regulasi telekomunikasi yang kemudian akan menjadi obsolete. Di Indonesia sendiri teknologi 5G direncanakan akan dirilis pada tahun 2020 nanti.
Teknologi 5G sedang dikembangkan untuk dapat mengakomodasi QoS (Quality of Service) dan menunjang akses broadband nirkabel, MMS, video chat, mobile TV, konten HDTV, Digital Video Broadcasting (DVB). [1]

Visi dari 5G[2] sendiri adalah :
-          Data rates yang tinggi (1-10 Gbps);.
-          Memiliki latensi dibawah 1 ms;
-          Biaya dan energi yang efisien (cost & energy efficiency);
-          1000x kapasitas saat ini;
-          Cakupan yang luas dengan menggunakan jaringan heterogen;
-          Konektivitas  yang stabil.
Teknologi-teknologi yang mempunyai kesamaan dengan teknologi 5G[2] adalah :
1.      Massive MIMO
Teknologi MIMO sudah digunakan dalam teknologi 4G sebelumnya, yaitu digunakan dalam setiap stasiun pemancar/ penerima dengan menggunakan antena lebih dari satu.
2.      Beyond 6 GHz (mmWave)
Gelombang milimeter / Millimetre wave (mmWave) atau yang juga disebut millimetre band adalah frekuensi dengan panjang gelombang antara 10 sampai dengan 1 milimeter. Gelombang milimeter berada di spektrum 30 – 300 Ghz, sehingga dikategorikan sebagai Extremely High Frequency (EHF).
3.      Advanced Radio Access Networks (RANs): Heterogeneous Networks (HetNets)
HetNet mengarah ke penyediaan jaringan seluler melalui kombinasi dari berbagai jenis sel (misalnya makro, piko atau sel femto) dan teknologi akses yang berbeda (yaitu 2G, 3G, 4G, Wi-fi). Dengan mengintegrasikan sejumlah teknologi yang beragam tergantung pada topologi area cakupan, operator dapat berpotensi memberikan pengalaman pelanggan yang lebih konsisten dibandingkan dengan apa yang dapat dicapai dengan jaringan homogen. 
Evolusi infrastruktur HetNet yang terjadi pada teknologi 5G:
-          Small Cells; dengan menempatkan empat smallcell dalam satu makro, tidak hanya memberikan offload data lebih dari 50 persen, tetapi juga meningkatkan kinerja jaringan makro oleh sebesar 315
-          Cloud RAN; C-RAN merupakan arsitektur jaringan seluler baru yang berbasis cloud computing.
-          D2D (Device to Device) Communication;
4.      Software Define Network (SDN)
Teknologi software define radio (SDR) adalah teknologi yang akan memberikan fleksibilitas, power dan biaya yang efisien. Berdasarkan The SDR Forum dalam IEEE working group, SDR adalah kesatuan dari teknologi hardware dan software dimana sebagian atau semua fungsi operasional radio (termasuk proses physical layer) diimplementasikan dalam software maupun firmware yang dapat dimodifikasi yang bekerja pada programmable processing technologies.
5.      Cognitive Radio Network (CRN)
Radio kognitif pertama kali diperkenalkankan pada tahun 1999 oleh Mitola. Radio kognitif dapat meningkatkan utilisasi spektrum dengan cara mencari secara terus menerus frekuensi (spectrum sensing) yang kosong (tidak terpakai) secara real time. Dalam radio kognitif, hal yang diperhatikan adalah: spectrum sensing; manajemen spektrum dan handoff; serta alokasi spektrum dan sharing spektrum.
6.      Visible Light Communication (VLC)
Visible Light Communication (VLC) adalah teknologi komunikasi data yang menggunakan cahaya sebagai carrier. Frekuesi yang digunakan teknologi VLC adalah 430 THz sampai dengan 790 THz yang pada dasarnya merupakan cahaya tampak oleh mata manusia. Penggunaan frekuensi yang tinggi akan memberikan data rate yang tinggi tetapi seperti sifat cahaya, VLC tidak dapat menembus sebagian besar benda dan dinding tembok. Teknologi VLC dapat menggunakan atau reuse infrastruktur penerangan jalan sehingga penggunaan infrastruktur akan lebih efisien.

Arsitektur 5G[3]
Dalam jaringan 5G terdapat tiga arsitektur, yaitu multi-tier, berbasis CRN, berbasis komunikasi D2D, dan arsitektur berbasis cloud.
·         Arsitektur Two-tier
Beberapa arsitektur two-tier yang diusulkan untuk jaringan 5G adalah sebuah macrocell yang mencakup semua sel kecil seperti Femtocell, Picocell, Microcell, Macrocell.

Sel
Rentang
Pengguna
Femtocell
10-20 meter
Beberapa pengguna
Picocell
200 meter
20 - 40
Microcell
2 kilometer
> 100
Macrocell
30-35 kilometer
Banyak
Tabel : Klasifikasi sel.


Gambar : arsitekture Multi-tier untuk jaringan 5G dengan sel-sel kecil, sel-sel kecil untuk mobile, dan D2D, dan komunikasi berbasis CRN[3]

Keuntungan dari penggunaan sel kecil adalah:
1.      Tinggi data rate dan efisiensi penggunaan spektrum.
2.      Hemat energi.
3.      Mengghemat uang.
4.      Mengurangi kemacetan atau kelambatan ke MBS.
5.      Kemudahan dalam handoff.

Kerugian yang ditimbulkan oleh penggunaan sel kecil adalah biaya implementasi dan kehandalan operasional. Selain itu, wajib melakukan otentifikasi secara teratur karena mengoperasikannya secara handoff.

·         Arsitektur berdasarkan Cognitive Radio Network
Cognitive Radio Network (CRN) adalah kumpulan node kognitif radio (atau prosesor), yang disebut pengguna sekunder yang mengeksploitasi spektrum oportunis. Pengguna sekunder memiliki LEIRA (learning, efficiency, intelligence, reliability, dan adaptively) properti untuk meemindai dan mengoperasikan beberapa saluran heterogen (atau pita frekuensi) di ketidak hadiran pengguna berlisensi, yang disebut sebagai pengguna utama. Setiap pengguna utama mempunyai bandwidth tetap, daya pancar yang tinggi, dan keandalan yang tinggi.
Fungsi dari CRN didalam jaringan 5G adalah digunakan untuk merancang arsitektur multi-tier, dan menghilangkan gangguan yang terjadi antara sel-sel, dan meminimalkan penggunaan energi dalam jaringan.
·         Perangkat ke Perangkat dalam Arsitektur Komunikasi
Komunikasi Device-to-Device (D2D) adalah fitur yang mengijinkan untuk terjadinya komunikasi antara perangkat yang satu dengan perangat yang lain di bandwidth dari sel yang berlisensi tanpa melibatkan MBS atau dengan melibatkan MBS dengan sangat dikendalikan.
Jenis-jenis dari komunikasi D2D ada empat. Yaitu :
1.      Perangkat menyampaikan dengan operator yang dikendalikan Link pembentukan (DR-OC).
2.      Komunikasi langsung D2D dengan operator pembentukan yang dikendalikan Link (DC-OC).
3.      Perangkat menyampaikan dengan perangkat yangdikendalikan Link pembentukan (DR-DC).
4.      Komunikasi langgsung D2D dengan perangkat yang dikendalikan Link pembentukan (DC-DC)
Dampak dari teknologi D2D adalah :
-          Hilangnya call data record sehingga dapat mengacaukan proses ICT forensic.
-          Sistem komunikasi D2D akan berpengaruh terhadap sistem billing dan hal ini perlu diatur secara regulasi.
-          Permasalahan privasi terutama kepada perangkat pribadi yang difungsikan sebagai AdHoc.
-          Regulasi yang mengijinkan menggunakan perangkat lain sebagai relay, selain itu penggunaan perangkat lain sebagai relay akan menyebabkan pemborosan baterai/energi.[2]

·         Arsitektur berbasis Cloud
Cloud computing infrastruktur yang menyediakan on-demand, mudah, dan akses scalable untuk berbagi configurasi sumber, tanpa khawatir mengenai pengelolaan sumber. Masuknya cloud dalam komunikasi mobile seluler bisa memberikan keuntungan dalam sistem komunikasi.







[1]      J. L. Di and P. Purwokerto, “PAPER SISKOM TEKNOLOGI 5G ( Fifth Generation ),” 2015.
[2]      A. Febian and S. Admaja, “Kajian Awal 5G Indonesia 5G Indonesia Early Preview,” vol. 13, no. 2, pp. 97–114, 2015.
[3]      N. Panwar, S. Sharma, and A. K. Singh, “A Survey on 5G : The Next Generation of Mobile Communication ∗,” 2015.



Share:

0 komentar